"Saya tidak takut meski dicoret dari 22 pemain inti. Masuk timnas saat ini merupakan pengalaman berharga bagi saya," katanya saat itu seperti dikutip Antara.
Riedl ketika itu harus mencoret tiga dari 25 pemain yang akan dibawanya ke Piala AFF 2010. Di barisan lini depan, Irfan tidak hanya harus bersaing dengan Gonzales yang langganan top skorer liga Indonesia. Striker kelahiran Amsterdam ini juga mesti bersaing dengan pemain langganan timnas seperti Bambang Pamungkas dan Boaz Salossa. Kehadiran wajah baru seperti Yongki Aribowo semakin membuat ketat persaingan di barisan depan Merah Putih.
Irfan saat itu tidak takut dicoret karena segalanya ditentukan sendiri oleh kemampuan tekniknya. Dicoret atau tidak dicoret itu tergantung pada kemampuan dirinya dalam bermain bola dan mencetak gol. Jika pun Irfan saat itu akhirnya dicoret, dia yakin Riedl mencoretnya karena alasan teknis dan bukan karena alasan non-teknis yang selama Piala AFF 2010 ikut merecoki skuat timnas.
"Terus terang saya sangat bersyukur bisa dipanggil masuk timnas. Kesempatan ini akan saya gunakan dengan baik termasuk untuk menambah pengalaman. Yang jelas saya akan berusaha meyakinkan pelatih," kata striker Persema Malang ini.
Tapi, kini situasinya berbeda sehingga Irfan sekarang kemungkinan akan kesulitan menjawab ketika mendapat pertanyaan apakah dirinya tidak takut dicoret dari timnas. Karena, masalah non-teknis yang kini akan menentukan nasibnya di timnas Indonesia.
Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, tidak ragu untuk mencoret Irfan dari timnas jika ngotot tetap bersama Persema Malang untuk bermain di Liga Primer Indonesia -- liga ‘sempalan’ yang dinilai ilegal oleh PSSI. Kini bukan lagi alasan teknis dan kemampuannya bermain bola yang akan dijadikan rujukan untuk mencoret dirinya. Tapi, Irfan akan dicoret atau tidak dicoret dari timnas karena dirinya terjebak dalam pertarungan kepentingan.(REPUBLIKA.CO.ID)
No comments:
Post a Comment